Namanya Adinda. Ini pertemuan ketiga kaliku dengannya. Di bawah gerimis musim semi. Kamu dengan jaket ketat dan dandanan yang menurut aku agak sedikit tebal. Kamu manis dan putih untuk ukuran orang Indonesia apalagi aku. Kamu bilang alasan datang ke negeri para raksasa adalah ease your pain hem alasan yang menarik dan obrolan kita pun berlanjut. Pertama saat gerimis, kedua saat matahari memanggang kita berdua. Dan ketiga kalinya di bawah payung kertas bergambarkan bunga sakura. Dan kamupun bercerita. " Dukaku terlalu dalam Mba. Sebenarnya Mamaku tidak mengijinkan ku untuk pergi sejauh ini. Aku cuma mau ease my pain dan akhirnya Mama menyerah untuk melepaskan ku pergi." Dan aku berfikir mungkinkan ini negeri para wanita - wanita yang berduka. Apakah musim yang silih berganti akan membuat kita menjadi sekuat karang. Ceritapun berlanjut. " Aku pengen punya suami yang agamanya kuat Mba. Itu yang paling penting buat aku !" Dan akupun bertanya kalau agamanya kuat tapi tidak kaya. Adinda pilih mana ?" Dan diapun terdiam. "Jangan dong Mba, kalau bisa agamanya kuat dan kaya raya ." Dan aku kembali bertanya Kalau tidak bisa dan harus pilih salah satu ?" . " Hem gak tahu Mba Adinda bingung." Dan aku pun terus bertanya pada Adinda. Kalau kaya raya tapi jelek. Kalau agamanya kuat tapi istrinya dua. Kalau miskin tapi baik hati. Kalau ganteng tapi gak punya agama. Dan semuanya yang aku tanyakan adalah KALAU. Dan diapun menjawab dengan enteng. " Ehm kalau Adinda sih kemungkinan untuk dapet yang miskin dan jelek apalagi gak punya agama kecil. Adinda pasti punya suami yang kaya, baik hati, agamanya kuat dan ganteng." Aku jadi berfikir tentang sahabatku yang jauh di Jakarta. Ingat ketika kita muda impian kadang memabukkan semua ingin yang sempurna. Dan ketika pilihan terbatas dan kita beranjak tua, apa yang jadi pedoman. Cuma Cinta, cuma Cinta. Kalau itupun ada Cinta. Kalau tak ada yah itung itung punya temen hidup. Dan untuk Adinda kamu masih muda, cantik, putih... sayap mu-pun belum terbuka lebar. Jangan terlalu terburu memburu Elang. Nikmati saja kupu-kupu yang menclok di sana sini.... mungkin bisa ease your pain mungkin.
Kaupun telah menjadi lautku seperti aku menjadi laut untuk orang lain.
No comments:
Post a Comment