Wednesday, August 31, 2005

Catatan Akhir Agustus


Hujan sepagian, hujan sesiangan dan sore yang bergulir pelan tanpa denyut yang bisa kunikmati. Apa yang harus kutulis untuk Agustus yang begitu penuh dan berwarna. Orang - orang tesayang merayakan Ulang Tahun.......David, Ibunda Collin, Jagoan kecilku Kevin, Adek Iparku Fitri, sahabatku Ciblon. Doa yang panjang dan harapan semoga terwujud semua mimpinya. Dan Agustus juga memberikan banyak pelajaran berharga. Harus kehilangan satu orang teman. Begitu mudah menjadikan teman menjadi musuh dan betapa susah untuk menjadikan satu sahabat dari puluhan teman. Bukankah mencari teman satu musim sangat mudah, musim ketika semuanya indah dan gratis. Sedangkan mencari teman untuk segala musim, menjadi satu keberuntungan tersendiri. Dan aku cukup beruntung memiliki lebih dari satu teman, teman segala musim. Ah pelajaran yang tidak akan aku lupakan. Pelajaran untuk menyimpan, pelajaran untuk mengerti, dan pelajaran untuk diam. Mencoba memilih apa yang ada di kepala tidak perlu dikeluarkan di mulut. Apa yang ada di hati tidak perlu di utarakan. Cukup simpan dan kemudian muntahkan diam-diam. Bisa lewat hembusan asap rokok atau nongkrong saja di toilet plung plung ...........ngeden sedikit dan beres. Tidak perlu jujur kepada orang dan tidak perlu membuat "teman" sakit hati. Ah aku rindu kota besarku, kota yang penuh tapi aku selalu punya tempat, tempat untuk berbagi dan tak terbatas...............(untuk sahabat - sahabatku di Jakarta, selalu ada rindu yang memberat selalu ada rindu yang berwarna warni, aku cuma menghitung waktu sampai perjumpaan kembali kita, Choday tunggu aku ).
ps : untuk Mba Anna, terimakasih untuk menjadi teman segala musimku

Monday, August 08, 2005

Tuhan, jaga Ibu.


Tuhan jenguk aku sebentar saja........... aku tahu pasti Tuhan akan bilang, Kenapa tidak kamu saja yang menjenguk AKU. Sudah Tuhan, aku jenguk walau kadang cuma satu atau dua kali sehari.........aku selalu berusaha menjenguk-MU. Sebelum tidur, pas di bis, pas menangis, pas rindu Ibu, selalu Tuhan aku sapa Kamu. Tuhan pasti ingat, siang kemaren...........saat aku sangat sibuk dan jari - jariku terjepit pintu garasi. Aku terburu - buru dan lupa menyebut namamu. Mungkin Kamu marah yah karena aku lupa, tapi aku tahu Tuhan bukan pemarah. Aku saja yang terlalu terburu - buru. Tuhan, pasti tahu, aku menangis sangat keras dan menjerit minta tolong, tidak ada yang mendengar, ketakutan, jari - jariku memutih dan aku cuma bisa teriak dan menangis. Bingung harus diapakan pintu tebal itu, di tendang dan diangkat akhirnya lepas juga, tapi aku tetap menangis keras, sangat keras, berlari ke dalam dengan tangan yang gemetar, dan jari - jari yang memutih. Aku takut sekali Tuhan, baru kali ini aku merasa takut disini. Tuhan juga pasti tahu kemaren baru sebagian kecil rasa takut-ku. Aku punya banyak rasa takut Tuhan tahu semuanya. Jadi aku tidak usah bercerita banyak. Siang itu aku cengeng, menangis, shock dan kesakitan.
Untung ada yang menolong memijat, bunyi kletak kletik yang halus dari jariku. Terimakasih Tuhan cuma mengsol sedikit dan bisa lurus lagi. Terimakasih aku bisa lepas dari pintu Garasi itu, cuma meninggalkan gemetar yang hebat dan nyut nyut yang tidak hilang hilang. Tapi Tuhan juga tahu Show must go on. Jadi aku pergi ke kamar mandi dan rapal mantra, ambil nafas keluarkan, ambil nafas keluarkan, energi yang coba aku ambil dari alam. Energi untuk menenangkan hati sambil bergumam sabar ......sabar.........sabar .........kupu kecil, semua akan baik baik saja. Dan aku kembali sibuk dengan satu tangan yang tidak bisa berfungsi sempurna. Lihat kan Tuhan, aku jago pura - pura.
Jalan pelan - pelan, bekerja dan akhirnya selesai juga eventnya........beres - beres.......rapal mantra...........sabar .......sabar...........sabar.........ambil nafas simpan dalam dada keluarkan . Tuhan juga pasti lihat kalau aku menyembunyikan air mata, dan menangis saat nemu tempat sepi. Sampai ujung jaket ku basah sibuk untuk mengelap. Tuhan pasti akan bilang aku cengeng dan tidak tahan cobaan. Tuhan pasti menertawakan aku. Iyah aku akui aku cengeng. Cuma Tuhan, aku sibuk bekerja dan ada banyak orang yang menanyakan kenapa aku sibuk. Oh yah aku sibuk karena aku bekerja, aku bekerja karena aku butuh uang. Dan mereka cuma duduk 2 sambil 2 tertawa. Huh enaknya yang cuma tinggal jalan - jalan dan belanja ini itu tanpa mikirin harus bekerja untuk itu. Huh enaknya kalau cuma bisa merasa kasihan dengan kesibukan orang tanpa ada keinginan untuk membantu. Huh enaknya kalau cuma...........kalau cuma............kalau cuma. Stop kupu kecil, kamu tidak boleh merasa iri dengan hidup orang lain. Justru kamu harus bangga kamu bukan orang yang malas, kamu bukan orang rela hidup dengan lelaki walau sudah tua tapi kaya raya. Kamu punya prinsip kamu punya rasa mandiri yang kuat, jadi kenapa harus menangis................. Iyah alasan menangis ku jadi tidak jelas, karena jariku yang terjepit, hatiku yang tercabik, atau harga diriku yang aku pasang sangat tinggi dan aku jatuhkan berkeping - keping, atau karena kekasihku tidak mau menjemputku. Aku berhenti menangis Tuhan. Sampai aku pulang. Sampai aku menunggu bis sampai jauh malam. Aku lupa ini hari Sabtu dan tidak banyak bis ke Alymer. Dan tiba - tiba saja seorang ibu dengan wajah Asia dan rambut ikal melintas di depanku. Deg yang kuat deg di hati, aku ingat ibu, wanita itu sangat mirip dengan ibuku. Jadi Tuhan maafkan aku, kalau aku sekali lagi menangis. Sepanjang perjalanan pulang. Air mataku tidak bisa berhenti menetes. Aku ingat ibuku. Aku sangat rindu beliau. Rindu duduk berdua di ruang tamu dan selalu mencabut uban ibuku. Rindu omelan Ibu, rindu bau Ibu, rindu obrolan panjang berdua sampai jauh malam, sampai Ibu tertidur dan aku tetap keras kepala untuk mengobrol. Rindu susu kental dan kopi buatan ibuku. Rindu semuanya. Dan aku cuma bisa menangis tanpa suara di bis yang kosong. Dengan ujung jaket yang sibuk menghapus, sakit di hati yang ditahan. Dan Tuhan juga pasti tahu, aku menelpon Ibu ku sampai di rumah. Dan Tuhan juga pasti tahu. AKu mengigit bibirku sekeras-kerasnya agar tangis terbendung. Dan aku bercerita ttg siang yang naas. Dan aku tahu Ibu ku menangis, aku bisa dengar isak halus dari ujung sana. Bendunganku jebol. Kita berdua menangis, dengan isak yang tertahan. Rindu yang sangat panjang. AKu mencoba menenangkan Ibu dan Ibu mencoba menenangkan aku. Aku tidak suka mendengar Ibu menangis dan begitu juga Ibu. Tuhan masih sanggupkah aku tahankan rindu ini...
Tuhan kalau kalau,Kamu sedang enggan mengubah hidupku. Kalau Kamu masih senang membiarkan aku seperti ini. Tidak apa - apa cuma tolong jenguk saja Ibu ku...jaga beliau, aku janji insya allah tidak akan membuat Ibu menangis lagi. Tolong jaga Ibu yah Tuhan, biar tidurnya nyenyak, biar selalu sehat dan selalu bahagia. Aku disini baik baik saja. Sangat baik baik saja..................