Saturday, October 14, 2006

Surat Dari Ibu

Jakarta Awal Oktober
Mba sayang apa kabar...........maaf karena Ibu menulis surat..ah tidak seharusnya Ibu meminta maaf. Cuma ini diluar dari kebiasaan, biasanya kita selalu mengobrol berjam jam di telp. Dua kali telp Mbak, membuat Ibu ingin menulis sesuatu untuk Mbak. Sekedar mengingatkan dan mungkin Mba bisa membacanya saat Mba butuh. Mbak ku yang sulung, mbak yang sudah cukup dewasa, dua kali telp Mbak suara Mba selalu digayuti dengan sedu sedan. Dengan tangis yang terisak isak. Iyah, Ibu mengerti apa yang Mba rasakan. Ketidakpercayaan dan rasa yang sampai sekarang Mba sendiri sulit untuk mengerti. Satu yang harus Ibu ingatkan pada Mbak............kita tidak pernah menjadi orang kaya. Kakek nenek mu, Ibu bapak mu, tidak ada yang kaya. Apalah artinya harta Mbak, kalau kita tidak pernah bahagia. Tapi, pernahkan Ibu mengajarkanmu untuk menghina, memanggil orang dan menyamakan dengan binatang. Kamu besar di lingkungan yang keras, lingkungan yang hampir semua orang mengunakan bahasa kekerasan, bahasa yang betul betul untuk menyakiti. Ibu selalu menutupi telinga Mbak, Ibu selalu membisikkan jangan dengarkan kata - kata itu anak ku, kata itu akan merubahmu tepat seperti apa yang mereka katakan. Ibu selalu ingat seringkali Mba pulang dengan menangis dari sekolah, karena mereka mengejek bapak, mengejek Ibu, Mba ingin membalas, Mba ingin balik berteriak. Mba tidak bisa, mba memegang janji Mba, tidak ingin berubah seperti mereka. Dan Ibu selalu bangga dengan itu. Ibu selalu membawa Mba pergi ke pasar, ingat sepeda merah kita Mbak. Bunyi bel nya yang selalu keras, warna merah menyala dengan keranjang di depan nya.
Ibu senang Mbak tumbuh seperti Mbak yang sekarang. Ibu tahu tidak ada orang yang sempurna. Ibu, Bapak,Mbak jauhhhhhhhhhhhhhhhhhh dari sempurna. Semua orang belajar dari kesalahan. Ibu selalu bilang. Ati - ati karo lambemu. Bibir dan hati memang berjauhan, tapi dari bibir yang jauh dari hati. Kamu akan tahu rasanya ketika bibir tebuka dan tidak bisa memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Akan berakhir dengan hati - hati yang tersakiti. Ingat itu anakku, lebih baik diam kalau kamu tidak ingin ada hati yang tersakiti. Pendamlah untuk dirimu sendiri, atau bisikkan pada angin biar terbang jauh dari bibirmu, jauh dari hatimu, agar lega dan menyesak lagi.
Mbak, Ibu tahu Mbak hidup sederhana di sana. Ibu tahu Mbak kerja keras di sana. Maafkan kalau Ibu selalu bercerita kepada teman - teman Ibu. Ibu bukan pamer karena Mbak bersuami Mas Londo. Apalah artinya londo atau Indonesia, sama sama darahnya merah. Sama sama akan meninggal suatu hari nanti. Bukan manusia super, atau seseorang yang sempurna. Yang ibu pamerkan adalah Mbak. Mbak ku yang dulu selalu benci ke dapur dan tidak pernah bisa masak, selalu mengosongkan panci Ibu karena lupa asyik membaca buku. Mbak ku yang sudah tumbuh, Mbak ku yang bisa bertahan hidup di negeri para raksasa demi cinta, demi cita - cita yang sampai saat ini Ibu selalu menangis setiap selesai sholat. Gusti jaga anak ku yang sulung. Semoga cita - citanya tercapai, hidup bahagia dan jangan biarkan dia melihat ke atas Gusti. Selalu ingatkan untuk melihat kebawah. Karena dengan melihat ke bawah. Akan selalu merasa bersyukur akan hidupnya yang sekarang. Tolong bantu Anak ku yang sulung untuk tidak pernah menyerah akan cita - citanya. Cuma itu yang bisa Ibu lakukan. Mendoakan mu. Dan itulah yang Ibu pamerkan, anak ku yang sulung sudah bisa memasak. Dan bertahan di negeri para Raksasa.
Mbak, teman itu .....Ibu tidak harus tahu mulai dari mana. Semua orang butuh teman. Ibu butuh teman. Bapak butuh teman. Semua orang butuh teman. Cuma sekarang Mbak sudah menikah. Garwo itu sigaraning nyowo. Garwo mu, Mas mu saat ini adalah teman terdekatmu. teman yang paling bisa kau percayai. Teman yang akan selalu memaafkan apapun kesalahanmu, bagaimanapun kamu dia akan selalu menerimamu. Cinta yang tidak bersyarat, cinta yang sesunguh sunguhnya cinta. Sedangkan teman - teman yang lain. Mereka datang dan pergi, ada yang bertahan di sampingmu menjadi teman baikmu. Ada juga teman yang singgah sebentar dan kemudian hilang. Ibu tahu perasaan kamu. Bingung dan terluka cuma Mbak, dari dulupun kamu banyak teman. Ibu selalu merasa takjub dengan teman - teman yang kau bawa pulang. Teman - teman ajaib mu. Kau tidak pernah kehilangan teman - teman istimewamu. Karena itulah berteman menerima dan saling mengkoreksi. Ah Mbak seharusnya kamu tahu tentang itu.............................sudah lah hapus air matamu. Berjalan lah tegak. Jangan lupa selalu telp sama gusti allah. Mba pasti punya nomernya. Bersyukur akan hidup yang indah, bersyukur akan badan yang sehat, bersyukur untuk semua nikmat yang diberikan. Amin...................
.Peluk sayang dari Ibu.

Sunday, October 01, 2006

Maaf Untuk Noni


Untuk semua Noni di seluruh dunia.
Maaf kalau aku pakai nama kamu.
Maaf kalau aku tidak pernah punya teman dengan nama Noni.
Maaf sekali lagi maaf.....................


Adakah yang bernama Noni maukah berteman denganku.............