Tuesday, September 27, 2005

Hujan

Seandainya langit tidak meluruhkan hujan pagi itu...
Mungkin aku tidak akan terjebak di pojok halte bus...
Riap hujan,
Dingin kaca,
Hembusan angin,
Pikiran kosong,
Rokok tanpa pemantik, cuma jadi permainan di jariku........
Ah seandainya aku punya satu batang korek api. Mungkin aku bisa usir gigil ini. Aku bisa usir dingin ini. Dan aku bisa menikmati denyar lembut yang merayap pelan di sela - sela kepalaku. Ah nikmatnya membayangkan asap tebal yang kian menipis, dari mulutku. Membayangkan rasa manis di bibirku dan panas yang dikumpulkan asap. Seandainya hujan tidak menjebak ku pagi itu. Mungkin aku tidak akan pernah menangis untuk dia. Mengingat-mu dengan helaan nafas berat. Dan rindu yang menguat. Apakah ini yang dinamakan ikatan, kita diikat erat oleh masa lalu kita. Aku disini dan kamu disana. Kita tidak ingin saling memiliki, iyah aku tahu itu. Atau lebih tepatnya aku yang tidak ingin kau miliki. Kamu mengikatku erat, ikatan yang tak terlihat, ikatan yang menyakitkan. Aku tidak pernah membolehkan sedikit ruang untuk kau singgahi. Hanya hujan pagi itu benar 2 membuatku kembali terisak oleh kamu. Kamu pasti ingat hujan pagi itu, kita berdua mengigil di halte tanpa kaca. Menertawakan Vespa tua, yang setia di trotoar. Dan sekarang hujan yang sama, tempat yang berbeda, kamu yang menyakitiku dan aku yang terisak pelan, merindukanmu........................................

...........................gigil.................hujan....................basah..........................rindu...................................

No comments: