Thursday, February 23, 2006

Bulan Bundar Pucat & Bima


Masih ada bulan bundar pucat di atas sana tertutup kabut aku lihat pagi ini, dengan mata berkaca - kaca. Harusnya sudah tidak ada sisa air mata. Bukahkan aku tumpahkan semalaman bahkan dalam mimpipun aku menangis. Aku tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan. Semuanya begitu menyakitkan, semua pertengkaran, semua pengulangan, semua penyesalan dan semua yang pasti ujung - ujungnya cuma sebatas kalimat yah itulah hidup. Itulah bumbu hidup, agar hidup tidak datar, agar hidup lebih bervariasi. Ha ha ha ha mari tertawa untuk bumbu hidup, mari teriak untuk hidup yang terlalu dibikin rumit. Untuk hidup yang belum jelas ujungnya sudah terlalu menakutkan. Kalau sekarang pun aku masih menangis, aku masih terisak dan aku masih mengetik dengan genangan air mata. Sampai aku kehabisan nafas, aku kehabisan tenaga. Aku cuma ingin teriak, aku cuma ingin berlari, aku ingin marah, aku ingin lelah, aku ingin tahu, TUHAN mau dibawa kemana hidup ini. Aku selalu tahu, kalau kemaren aku bahagia dan tertawa selalu ada tangis sebagai pembayarnya. Kenapa setiap bahagia setiap tawa harus di tebus dengan air mata, harus di bayar dengan isak dan perasaan campur aduk rasanya kalau bisa ingin benamkan seluruh kepala ke dalam air dan menangis di dalamnya. ARGHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH, aku lelah terbang, aku lelah jadi kupu-kupu, aku ingin jadi superhero, aku ingin jadi BIMA, atau Gatot Kaca, aku tidak mau lagi jadi kupu-kupu. Aku ingin punya kekuatan dan kearifan seorang Bima, Kegagahan seorang Gatot Kaca. Kenapa tidak Srikandi, aku tidak suka wanita, terlalu lemah, terlalu bodoh untuk mencintai tanpa batas, untuk bersabar, untuk nrimo. Mau jadi BIMA, biar bisa bikin BULAN BUNDAR PUCAT tidak lagi PUCAT. Untuk menampung semua tangis dengan rengkuhan damai. Ah datangkan aku seorang BIMA, aku cuma ingin bersandar, aku cuma ingin punya rasa aman untuk melakoni urip sak benere urip. ..................
BIMA........... BIMA WHERE ARE YOU.................

No comments: